MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN ISLAM
Dosen Pengampu Sudarwan, S.Pd.I. M.S.I.
Disusun Oleh :
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MASJID SYUHADA
( STAIMS YOYAKARTA)
TAHUN AJARAN 2015-2016
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Mengingat di Indonesia mayoritas
masyarakatnya muslim dan merupakan penduduk muslim terbesar di dunia, tetapi
terdapat karakter-karakter anak didik maupun masyarakat Indonesia yang tidak
sesuai dengan pendidikan Islam. Pemerintah Indonesia pun kurang mengetahui dan
memahami tentang pentingnya pendidikan Islam terhadap masyarakat indonesia.
Maka kami akan mencoba untuk menela’ah sekaligus membahas tentang hakekat
pendidikan Islam.
2.
Rumusan Masalah
a)
Apa pengertian pendidikan Islam?
b)
Bagaimana langkah-langkah menanamkan pendidikan Islam?
c)
Bagaimana karakteristik pendidik dalam pendidikan Islam?
d)
Seperti apa kurikulum pendidikan Islam?
e)
Bagaimana karakteristik kurikulum pendidikan Islam?
f)
Apa yang di maksud dengan evaluasi?
g)
Apa tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan Islam?
B.
HAKEKAT PENDIDIKAN ISLAM
1.
Pengertian Pendidikan Islam
Ilmu
pendidikan Islam adalah ilmu yang digunakan dalam proses pendidikan yang
berdasarkan ajaran Islam sebagai pedoman umat manusia khususnya umat Islam.
Pendidikan
adalah segala upaya , latihan dan sebagainya untuk menumbuh kembangkan segala
potensi yang ada dalam diri manusia baik secara mental, moral dan fisik untuk
menghasilkan manusia yang dewasa dan bertanggung jawab sebagai makhluk yang
berbudi luhur.
Sedangkan
pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang berlandaskan ajaran Islam
yang mencangkup semua aspek kehidupan yang dibutuhkan manusia sebagai hamba
Alloh sebagaimana Islam sebagai pedoman kehidupan dunia dan akhirat.
Pendidikan sebagai usaha membina dan
mengembangkan peribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga
harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu kematangan yang bertitik
akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana
berlangsung melalui peroses demi peroses kearah tujuah akhir perkembangan atau
pertumbuhannya[1].
Sejalan
dengan perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin bertambah
dan luas, maka pendidikan Islam bersifat terbuka dan akomodatif terhadap
tuntutan zaman sesuai norma-norma Islam.
Dalam studi pendidikan, sebutan “
pendidikan Islam” pada umumnya dipahami sebagai suatu ciri khas, yaitu jenis
pendidikan yang berlatar belakang keagamaan. Dapat juga di ilustrasikanbahwa
pendidikan yang mampu membentuk “manusia yang unggul secara intelektual, kaya
dalam amal, dan anggung dalam moral”. Menurut cita-citanya pendidikan Islam
meperoyeksi diri untuk memperoleh “insan kamil”, yaitu manusia yang sempurna
dalam segala hal, sekalipun di yakini baru hanya Nabi Muhammad SAW yang telah
mencapai kualitasnya[2].
Lapangan pendidikan Islam diidentik dengan ruang lingkup pendidikan islam yaitu
bukan sekedar peroses pengajaran (face to face), tapi mencakup segala
usaha penanaman (internalisasi) nilai-nilai Islam kedalam diri subyek didik[3].
2.
Langkah-Langkah Menanamkan
Pendidikan Islam
Beberapa ahli agama Islam membagi pengetahuan
menjadi tiga tingkatan yaitu pengetahuan tinggi, pengetahuan menengah, dan
pengetahuan rendah. Pengetahuan tinggi ialah ilmu ketuhanan, menengah ialah
pengetahuan mengenai dunia seperti kedokteran dan matematika, sedangkan
pengetahuan rendah ialah pengetahuan praktis seperti bermacam-macam
keterampilan kerja. Ini artinya bahwa pendidikan iman/agama harus diutamakan.
Menurut pandangan Islam pendidikan
harus mengutamakan pendidikan keimanan. Pendidikan di sekolah juga demikian.
Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan yang tidak atau kurang memperhatikan
pendidikan keimanan akan menghasilkan lulusan yang kurang baik akhlaknya.
Akhlak yang rendah itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan bersama. Ia
dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lulusan sekolah yang kurang kuat
imannya akan sangat sulit menghadapi kehidupan pada zaman yang semakin penuh
tantangan di masa mendatang.Oleh karena itu, mengingat pentingnya pendidikan
Islam terutama bagi generasi muda, semua elemen bangsa, terutama guru
pendidikan Islam, perlu membumikan kembali pendidikan Islam di sekolah-sekolah
baik formal maupun informal.
Ada tiga hal yang harus secara
serius dan konsisten diajarkan kepada anak didik. Pertama, Pendidikan
akidah/keimanan.Ini merupakan hal yang sangat penting untuk mencetak generasi
muda masa depan yang tangguh dalam imtaq (iman dan taqwa) dan terhindar
dari aliran atau perbuatan yang menyesatkan kaum remaja seperti gerakan Islam
radikal, penyalagunaan narkoba, tawuran dan pergaulan bebas (freesex) yang
akhir-akhir ini sangat dikhawatirkan oleh sejumlah kalangan.
Kedua, Pendidikan ibadah. Ini
merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan kepada anak-anak kita
untuk membangun generasi muda yang punya komitmen dan terbiasa melaksanakan
ibadah.
Seperti shalat, puasa, membaca al-Quran yang saat ini hanya dilakukan oleh minoritas generasi muda kita. Bahkan, tidak sedikit anak remaja yang sudah berani meninggalkan ibadah-ibadah wajibnya dengan sengaja. Di sini peran orang tua dalam memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak-anaknya sangat diperlukan selain guru juga harus menanamkan secara mantab kepada anak-anak didiknya.
Ketiga, Pendidikan akhlakul-karimah. Hal ini juga harus mendapat perhatian besar dari para orang tua dan para pendidik baik lingkungan sekolah maupun di luar sekolah (keluarga). Dengan pendidikan akhlakul-karimah akan melahirkan generasi rabbani, atau generasi yang bertaqwa, cerdas dan berakhlak mulia.Penanaman pendidikan Islam bagi generasi muda bangsa tidak akan bisa berjalan secara optimal dan konsisten tanpa dibarengi keterlibatan serius dari semua pihak. Oleh karena itu, semua elemen bangsa (pemerintah, tokoh agama, masyarakat, pendidik, orang tua dan sebagainya) harus memiliki niat dan keseriusan untuk melakukan ini. Harapannya, generasi masa depan bangsa ini adalah generasi yang berintelektual tinggi dan berakhlak mulia.
Seperti shalat, puasa, membaca al-Quran yang saat ini hanya dilakukan oleh minoritas generasi muda kita. Bahkan, tidak sedikit anak remaja yang sudah berani meninggalkan ibadah-ibadah wajibnya dengan sengaja. Di sini peran orang tua dalam memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak-anaknya sangat diperlukan selain guru juga harus menanamkan secara mantab kepada anak-anak didiknya.
Ketiga, Pendidikan akhlakul-karimah. Hal ini juga harus mendapat perhatian besar dari para orang tua dan para pendidik baik lingkungan sekolah maupun di luar sekolah (keluarga). Dengan pendidikan akhlakul-karimah akan melahirkan generasi rabbani, atau generasi yang bertaqwa, cerdas dan berakhlak mulia.Penanaman pendidikan Islam bagi generasi muda bangsa tidak akan bisa berjalan secara optimal dan konsisten tanpa dibarengi keterlibatan serius dari semua pihak. Oleh karena itu, semua elemen bangsa (pemerintah, tokoh agama, masyarakat, pendidik, orang tua dan sebagainya) harus memiliki niat dan keseriusan untuk melakukan ini. Harapannya, generasi masa depan bangsa ini adalah generasi yang berintelektual tinggi dan berakhlak mulia.
3.
Karakteristik Pendidik dalam Pendidikan
Islam
Dalam pendidikan Islam, seorang
pendidik hendaknya memiliki karakteristik yang dapat membedakannya dari yang
lain. Dalam hal ini karakteristik pendidik muslim terbagi dalam beberapa
bentuk, diantaranya yaitu:
a)
Bersifat ikhlas: melaksanakan tugasnya sebagai pendidik
semata-mata untuk mencari keridhoan Allah dan menegakkan kebenaran.
b)
Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah.
c)
Bersifat sabar dalam mengajar.
d)
Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
e)
Mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi.
f)
Mampu mengelola kelas dan mengetahui psikis anak didik,
tegas dan proposional.
4.
Kurikulum
Kurikulum berasala dari bahasa latin
“Curriculum” dan terdapat pula dalam bahasa prancis “courir” artinya “to run”
artinya berlari. Istilah ini digunakan untuk sejumlah courses atau mata
pelajaran yang harusc ditempuh untuk mencapai gelar atau ijazah. Secara
tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan
disekolah.
Kurikulum dalam pendidikan Islam
dikenal dengan kata-kata “manhaj” yang berarti jalan yang terang yang dilalui
oleh pendidik bersama anak didikanya untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap mereka.
5.
Karakteristik kurikulum Pendidikan Islam
Secara umum karakteritik kurikulum
pendidikan Islam adalah pencerminan Islami yang dihasilkan dari pemikiran
kefilsafatan dalam seluruh aktivitas dan kegiatan kependidikan dalam
prakteknya. Konsep inilah yang membedakan kurikulum pendidikan Islam dengan
kurikulum pendidikan pada umumnya.
Ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam
itu antara lain:
a)
Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal
seperti tujuan dan kandungan, kaedah, alat dan tekniknya.
b)
Memperluas perhatian dan kandungan hingga mencakup
perhatian, pengembangan serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar
dari segi intelektual, psikologi, sosial, dan spiritual.
c)
Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan
pengalaman serta kegiatan pengajaran.
6.
Evaluasi
Rangkaian akhir dari suatau proses
kependidikan Islam adalah Evaluasi atau penialaian. Berhasil atau tidaknya
pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukannya
evaluasi out put yang dihasilkannya. Maka secara sederhana Evaluasi pendidikan
dapat diberikan batasan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan
suatu pekerjaan dalam pendidikan Islam.
Dalam ruang lingkup yang terbatas,
Evaluasi dilakukan adalah dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan pendidik
dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, sedangkan dalam ruang lingkup
yang luas, Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahan
suatu proses pendidikan Islam (dengan seluruh komponen ynag terlibat di
dalamnya) dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan serta pelaksanaan
dan berakhir pada kepribadian muslim.
Secara umum ada empat kegunaan
evaluasi dalam pendidikan Islam. Pertama, dari segi pendidik, evaluasi berguna
untuk membantu seorang pendidik mengetahui sudah sejauh mana hasil yang dicapai
dalam pelaksanaan tugasnya. Kedua, dari segi peserta didik, evaluasi berguna
untuk peserta didik untuk dapat mengubah atau mengembangkan tingkahlaku secara
sadar kea rah yang lebih baik. Ketiga, dari segi ahli fakir pendidikan Islam,
evaluasi berguna untuk mengetahui kelemahan-kelemahan teori pendidikan Islam
dan membantu mereka dalam merumuskan teori itu kembali, pendidikan Islam yang
relevan dengan arus dinamika zaman. Keempat, dari segi politik
mengambilkebijakan pendidikan Islam (pemerintah) evaluasi berguna untuk
membantu mereka dalam membenahisistem pengawasan dan mempertimbangkan kebijakan
yang akan diterapakan.
7.
Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam
Pendidikan Islam secara rasional
filosofis adalah bertujuan untuk membentuk al-insan al-kamil atau manusia
paripurna. Pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada dua dimensi, yaitu :
pertama, dimensi dialektikal horizontal. kedua, dimensi ketundukan vertical.
Pada dimensi dialektikal horizontal
pendidikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan
konkrityeng terkait dengan diri,sesame manusia, dan alam semesta. Sedangkan
pada dimensi kedua, pendidikan sains dan teknologi selain menjadi alat untuk
memanfaatkan juga hendaknya menjadi jembatan dalam mencapai thubungan yang
abadi dengan sang khalik.
Secara umum tujuan dan fungsi
evaluasi pendididkan Islam diarahkan kepada dua dimensi diatas. Secara khusus
tujuan pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah untuk mengetahui
kadar pemilikan dan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, baik
dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Sebagai tindak lanjut dari
tujuan ini adalah untuk mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan
lemah.
Dalam pendidikan Islam, tujuan
evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan psikomotor)
disbanding aspek kognitif. Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
peserta didik yng secara garis besarnya meliputi empet hal, yaitu:
a)
Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan
Tuhan.
b)
Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan
masyarakat.
c)
Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya
dengan alam sekitarnya.
d)
Sikap dan pandangan terhadap diri sendiri selaku hamba
Allah,anggota masyarakat,khalifah Allah SWT.
Keempat
kemampuan dasar tersebut dijabarkan dalam beberapa klasifikasi kemampuan teknis
yaitu :
a)
Sejauhmana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah dengan
indikasi-indikasi lahiriyah berupa tingkahlaku yang mencerminkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah.
b)
Sejauhmana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai
agamanya dan kegiatan hidup bermasyarakat seperti ahklak mulia dan disiplin.
c)
Bagaiman peserta didik mengolah dan memelihara serta
menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya.
d)
Bagaimana dan sejauh mana ia memandang diri sendiri sebagai
hamba Allah dalam menghadapi kenyataan masyarakat yang beraneka ragam budaya,
suku dan agama.
8.
Materi Pendidikan dalam Islam
Yaitu bahan – bahan atau pengalaman
– pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa (dengan
susunan yang lazim tetapi logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada anak
didik. Dalam pendidikan Islam materi pendidikan ini seringkali disebut dengan
istilah maddatut tarbiyah. Proses tarbiyah (pendidikan) mempunyai tujuan untuk
melahirkan suatu generasi baru dengan segala ciri – cirinya yang unggul dan
beradab. Penciptaan generasi ini dilakukan dengan penuh keikhlasan dan ketulusan
yang sepenuhnya dan seutuhnya kepada Allah SWT melalui proses tarbiyah.
C.
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Pendidikan Islam adalah proses
pembentukan kepribadian manusia kepribadian Islam yang luhur. Bahwa pendidikan
Islam bertujuan untuk menjadikannya selaras dengan tujuan utama manusia menurut
Islam, yakni beribadah kepada Allah SWT.
Diharapkan dengan pemahaman hakikat
pendidikan Islam ini. Memberi motivasi agar manusia khususnya muslim selalu mencari ilmu
hingga akhir hayat, dalam rangka merealisasikan tujuan yang telah disebutkan
dalam QS. Adz-Dzariyat: 56 dapat diaplikasikan secara berkelanjutan.
2.
Saran
Setelah membahas hakikat pendidikan
Islam ini. Maka kami berharap pendidikan Islam lebih di utamakan dan di
pelajari lebih mendalam, dan menanamkannya pada generasi muda agar syari’at dan
ajaran Islam dapat di mengerti dan di pahami oleh generasi muda serta dapat pula di aplikasikan dalam kehidupan sehari- hari.
DAFTAR PUSTAKA
M. Arifin. 1993. Filsafat
Pendidikan Islam, Cet. III. Jakarta: Bumi Aksara
Muslim Usa dan Aden Wijdan SZ.
1997. Pemikiran Islam dalam Peradaban Industrial. Yogyakarta: Aditya
Media
Nasir Budiman. 2001. Pendidikan
dalam Persepektif Al-Qur’an, Cet.I,
Jakarta: Madani Press.